Breaking News

Mutiara Hitam..Jenderal Lapangan…”Jika ditarik ke belakang banyak hal yang merugikan Persipura”


Jayapura, PG– Mantan defender Persipura, Ricardo Salampessy tak memungkiri dalam mengikuti Liga 1 Indonesia maupun mewakili Indonesia di Piala Konfederasi Sepak Bola Aia (AFC), selalu tim Mutiara Hitam mendapat perlakukan yang merugikan baik dari federasi maupun kebijakan lainnya.  Pernah terjadi pada 2015 saat pertandingan AFC  masuk delapan final di Stadion Mandala dihentikan gara gara pemain asing Pahang FC tak mendapat ijin visa.

“Entah lah kalau mau ditarik kebelakang banyak terjadi hal hal yang merugikan tim berjuluk Mutiara Hitan baik itu dari federasi yang pernah terjadi 2015. Ini  beralasan karena ada campur tangan dari pemerintah sehingga akhirnya kita kena baned dari FIFA. Padahal tim lain diberikan kesempatan untuk bertanding . Waktu itu Persib Bandung yang sama sama dengan Persipura wakil Indonesia di Piala AFC 2015,”kata Ricardo Salampessy dalam wawancara dalam Film JubiTV berjudul Mutiara Hitam Jenderal Lapangan, yang baru diluncurkan pada Rabu (18/10/2023).

Film Mutiara Hitam Jenderal Lapangan -PG/jubi.id

Film JubiTV karya sutradara Maurits Jansip itu, Salampessy mengatakan waktu itu Persipura tak bisa melanjutkan pertandingan perempat final melawan Pahang FC di Stadion Mandala karena  tiga pemain asing dari Pahang FC tidak mendapat visa untuk masuk ke Indonesia.

Hal yang sama pula terjadi pada 2020 PSSI mendaftarkan Persija ke Piala AFC padahal slot itu sudah menjadi jatah tim berjuluk Mutiara Hitam.

Sementara itu Jack Komboy mantan wakil kapten Persipura menyarankan harusnya ada komunikasi antara PSSI sehingga masalah yang pernah terjadi terhadap Persipura harus dibicarakan baik-baik sehingga ke depan tidak terjadi lagi.

”Bahwa benar benar kami ini adalah salah satu bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Republik Indonesia. Jadi saya berharap hal hal seperti ini tidak terjadi kembali di musim musim yang akan datang. Kalau memang itu jatahnya Persipura..ya harus diberikan yang telah menjadi jatahnya Persipura,”kata defender Persipura yang kini menjadi anggota DPR Papua.

 

Why always Persipura ?

Suporter Persipura sambut juara Liga 2007-2008 Persipura di Jayapura-PG/dam

Agaknya sangat pantas kalau mengutip pesan dari mantan pemain Manchester City yang kontroversial Mario Balotelli dalam tulisan dalam jerseynya usai mencetak gol ke gawang Manchester United yaitu“Why Always Me ? Mungkin tulisan di dalam kaos Balotelli bisa disematkan ke Persipura alias Mutiara Hitam dari Liga1, AFC dan turun ke Liga 2.

Banyak makna yang bisa diambil dari pesan itu, padahal pesan itu khususnya Balotelli sampaikan untuk Manchester United. Namun sebaliknya menjadi sangat popular sebab apa yang dilakukan Balotelli selalu menjadi santapan empuk media di Inggris saat itu. Jadi tak heran kalau tulisan Why always Me? Bisa disebut sebagai kekesalan seorang Mario Balotelli yang kini meredup usai kembali bermain di Serie A Liga Italia.

Meminjam Why always Me?  Pantas disematkan kepada tim berjuluk Mutiara Hitam, Why always Persipura? Pasalnya tim berjuluk Mutiara Hitam telah mengalami masa masa kelam sejak juara Liga Indonesia musim 2005-2006. Usai menjadi juara Liga Indonesia, PSSI lalai tidak mendaftar Persipura ke AFC sehingga tak bisa mewakili Indonesia di Champion Asia.

Namun kasus lupa ini kembali terjadi pada 2012. Waktu itu PSSI tak ingat untuk mendaftarkan Persipura ke Liga Champions Asia. Padahal Persipura berhak mendapat satu tiket Liga Champion Asia karena berstatus juara Liga Super Indonesia 2010/2011.

Hal ini jelas membuat Persipura Jayapura menuntut PSSI ke Pengadilan Arbitrasi Olahraga (CAS) dan anti rugi senilai Rp 20 milliar. Gayung pun bersambut, gugatan Persipura ke Swiss dikabulkan dan Persipura mendapat ijin ikut LCA, namun Boaz dan kawan kawan harus melalui jalur play off.

Waktu itu dua pengacara asal Belgia Martin Hissel dan Jean Louis Dupony dari kantor pengacara Roca Junyent di Swiss memenangkan gugatan, Mutiara Hitam boleh bertanding babak penyisihan ke LCA. Sedangkan PSSI sendiri tak membayar tuntutan Rp 20 miliar dari tuntutan di pengadilan arbitrase di Swiss.(tempo.co Kalah di Arbitrase, PSSI kudu bayar Persipura Rp 10 miliar)

MR Kambu Ketua Umum Persipura 2005-2011- GP/dam

Tim berjuluk Mutiara Hitam menghadapi Adelaide United FC berakhir dengan kekalahan telak 3-0 di Stadion Hindmarsh, Adelaide Kamis 16 Februari 2012. Saat itu ada bendera Bintang Kejora, pendukung Persipura waktu itu membawa tiga buah bendera berukuran dua meter dan mengibarkannya saat pertandingan berlangsung. “Ada tiga bendera. Selain Bintang Kejora, juga ada bendera dari Timor Leste dan benderanya RMS,” kata Tina Krebu, sebagaimana dilansir tempo.co

Tina bersama rekan-rekannya sempat diperiksa petugas karena membawa bendera tersebut. “Tapi setelah dibilang ini bendera Papua, security di sini (Australia) membolehkan masuk,” katanya kala itu.

Kali ini Persipura kembali  mengalami nasib nahas yang sama muncul, karena  PSSI menunjuk Persija ketimbang Persipura ke Piala AFC 2021. Kontan menejemen tim Mutiara Hitam meminta penjelasan, jika tidak kasus CAS akan terulang kembali.

Begitu pula, pada musim Piala AFC 2017, PSSI juga pernah merugikan Persipura dan Persib  dengan tidak mendaftarkan ke AFC 2017. Jadi tak heran kalau ungkapan Balotelli, pantas disandang oleh Persipura, Why always Me atau Why always Persipura? Pasalnya sudah empat kali Mutiara Hitam dilupakan oleh PSSI karena tak mendaftarkan ke AFC. Sejak 2006 (LCA), 2012 (LCA), 2017 (Piala AFC) dan beberapa waktu lalu 2021 (Piala AFC).

Kesalahan fatal, lainnya saat pertama kali juara Liga Indonesia Liga Jarum 2005/2006 ajang Piala Champion Asia batal karena gara gara PSSI terlambat mendaftar ke AFC. Padahal Arema sudah menyerahkan surat kepada PSSI pada 9 Februari 2006. Sementara Persipura sendiri serahkan surat pada 7 Februari 2006. Anehnya AFC baru menerima surat pada 14 Februari 2006 dan melwati tenggat waktu 12 Februari 2006.”Ini kesalahan PSSI sebagai organisasi, ini kesalahan PSSI sebagai sebuah lembaga. Saya memang masih harus lebih cermat lagi dalam menangani berbagai hal,”kata Sekjen PSSI kala itu mendiang Nugraha Besoes. “Hal ini membuat mantan asisten manajer Persipura Iwan Nazarudin tidak mampu menahan rasa kecewa,”demikian dikutip dari buku Persipura Mutiara Hitam, Sepakbola dari Negeri Cenderawasih karya Frits Bernard Ramandey.(*dominggus a mampioper)

 

Berita Terkait


Breaking News

© 2024 Papua Goal. All Rights Reserved. Design by Velocity Developer.
Top