Ballon d’ Or ke 67, berakhirnya era Messi dan Ronaldo, selamat Lionel Messi el capitano Argentina
Jayapura,PG– Selama beberapa decade, pemberian gelar Ballon de’Or selalu berputar di antara dua nama, Messi dan Ronaldo. Menariknya lagi persaingan ini terjadi antara dua pesepak bola produk Amerika Latin dan Eropah dari Portugal. Walau sebenarnya Portugal selalu identic dengan Brasilnya Eropah. Apalagi Lionel Messi sendiri lahir dan besar di Rosario Argentina dan baru pindah ke Barcelona di La Masia dalam usia ke 13.
“Pada Minggu (17/9/2000) Lionel Messi tiba di ibukota Catalonia, Barcelona dan mulai menitih karier sepak bolanya di sana,”demikian tulis Luca Caioli dalam bukunya berjudul The Inside Story of The Boy Who Became Legend, Messi.
Bukti persaingan antara Lionel Messi dan Ronaldo CR 7 terlihat dari koleksi Ballon d’Or terbanyak CR7 hanya koleksi lima Ballon d’Or sedangkan Messi delapan tropi torehannya. Meski Leo Messi lebih unggul dari CR7, dua pemain ini menjadi gambaran persaingan di level individu pesepak bola dunia antara Amerika Latin dan Eropah. Memang ada pula pesepak bola dari Afrika sekarang Presiden Liberia, George Weah saat masih bermain sebagai striker di AC Milan, selebihnya persaingan antara Eropah dan Latino.
Penghargaan Ballon d’Or ke 67 nama CR 7 menghilang dari daftar nama-nama individu pesepak bola di Liga Eropah. Belakangan dua nama pesepak bola produk Akademi Sepak Bola Klub Eropah, Kyllian Mbappe dan Harland. Bahkan dalam final Piala Champion 2022/2023 Eropah antara Inter Milan versus Manchester City disebut duel antara Lautaro Martinez dan Julian Alvarez. Padahal Harland striker tersebur milik klub besutan Pep Guardiola itu. Tampaknya hanya Lionel Messi satu-satu pesepak bola Latino yang terus bersaing di samping ada Richardo Kaka dan juga Ronaldinho serta Ronaldo Rosario dari Brasil.
Bagi pesepak bola Latino, Lionel Messi adalah penyelamat dan idola dunia serta kebanggaan Amerika Latin. Buktinya selama Messi bermain di Argentina, pesepak bola Brasil selalu respek terhadap si pemain mungil dari Rosario itu. Bahkan kemenangan Argentina melawan Brasil dalam final Copa Amerika, Messi menegur rekan-rekannya agar jangan terlalu berlebihan dan eforia kemenangan. Persahabatannya dengan pesepak bola sesama Latino sangat dekat, mulai dari sang guru Ronaldinho (Ronny), Luiz Soares dan Neymar. Bahkan ketiga trio latino di Liga Spanyol Messi, Neymar dan Soarez lebih berbahaya ketimbang trio Madrid, Benzema, Bale dan Christiano (BBC).
Akankah duel Harland vs Mbappe berlanjut?
Persaingan sesama pemain produk Akademi Sepak Bola Eropah, jelas akan berbeda pula dengan sentuhan gaya bermain Latino yang dianggap terlalu mengandalkan permainan individu. Harus diakui pula banyak pemain Afrika juga berkarier di Liga Eropah termasuk pemain-pemain keturunan Afrika di Liga Belanda, Perancis, Inggris. Namun rata-rata pemain Afro Eropah didik bermain sepak bola sesuai karakter dan pendidikan Eropah-Inggris. Berbeda dengan pesepak bola Latino atau Afrika yang lebih mengembangkan sepak bola jalanan. Akankah persaingan Eropah versus Latino akan berakhir ketika permainan sepak bola sudah berobah selalu mengisi ruang-ruang kosong. Tak lagi permainan Bogo Jonito ala Brasil atau pun pertahanan Grendel maupun total football dan tiki-taka. Sebab sepak bola jaman modern menuntut seorang pesepak bola mampu bermain lebih dari satu posisi dan punya visi bermain yang baik. Tentunya si pemain harus mampun menyuplai bola dan mendukung penyerang untuk mencetak gol. Peran itu dimainkan Harland di Manchester City dan didukung oleh Julian Alvarez, Bruno Fernandez dan Kevin de Brunye untuk kemenangan Menchester City. Pep Guardiola hanya bilang kalau bisa Ballon d’Or ke 67 dibagi dua, Messi dan Harland. Selamat Leo, era Latino dan Eropa berakhir antara Messi dan CR7.
“Saya tidak berniat membandingkan diri saya dengan Maradona –” saya ingin membuat sejarah saya sendiri untuk sesuatu yang telah saya capai.” kata Lionel Messi.(*)