Ferdinando Fairyo : “Persipura butuh waktu lama untuk kembali ke Liga1”
Jayapura, GP– Musim lalu di bawah pelatih Ricky Nelson, tim Mutiara Hitam belum lolos atau kembali ke Liga 1. Pasalnya kompetisi terhenti gara-gara tragedy Liga 1 di Kanjuruhan menyebabkan Liga 2 dan Liga 3 dihentikan sedangkan Liga1 lanjut dan tidak ada degradasi. Hasilnya tim berjuluk Juku Eja alias PSM Makassar juara Liga1 musim 2022/2023.
Kini Ketua Umum Persipura, Benhur Tommy Mano masih menantikan laporan dari menejer Persipura Yan Mandenas musim 2022/2023. Hingga kini laporan belum tuntas. Maklum Mandenas adalah seorang politisi, sedangkan BTM sendiri sedang siap-siap mencalonkan diri sebagai bakal calon Gubernur Papua 2024. Praktis dua politisi sedang berjibaku di medan politik sambil mengurusi menejemen Persipura.
Semua pihak terutama para Persipuramania, jelas tidak mau tim Mutiara Hitam berlama lama di Liga 2. Mereka berharap-harap cemas, agar Mutiara Hitam harus kembali ke Liga Utama.
Tapi tunggu dulu! Mantan kapten Persipura era 1990an Ferdinando Fairyo bilang tim Mutiara Hitam kalau mau kembali ke Liga 1 harus butuh ‘waktu lama dan bukan pekerjaan instant serta cepat.’
“Biarkan pemain pemain Papua bermain ke luar dan mau kontrak di klub lain karena sepak bola sudah menjadj profesi bagi mereka,”katanya seraya menambahkan Akademi Sepakbola Persipura hingga kini belum ada sehingga praktis ketergantungan pemain ada di tangan SSB di Kota Jayapura maupun PPLP.
Pengalaman membawa kembali Persipura ke Divisi Utama era 1990 an, diawali dengan pembentukan Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Irian Jaya dan kemudian menjadi juara nasional antar PPLP serta terakhir jadi juara PON XIII, 1993.
Selanjutnya jebolan PON 1993 masuk ke dalam skuad Mutiara Hitam dan berjuang hngga masuk kembali ke Liga Utama Indonesia. “Ini waktu yang cukup lama membentuk tim Persipura untuk tampil kembali ke Divisi Utama,”katanya dalam sebuah diskusi bersama dalam Jubi TV belum lama ini.
Begitupula untuk menjadi juara Divisi Utama 2005-2006, tim waktu itu dibentuk dari pemain senior dan pemain jebolan PON Papua 2004, Boaz T Solossa, Korinus Fingkreuw, Ian Luiz Kabes, Christian Warabaya plus kapten Eduard Ivakdalam, Ridwan Bauw, kiper Jandri Pitoy dan pemain senior lainnya. Di bawah coach Rahmad Dharmawan semua pemain senior dan yunior berkolaborasi menjadi juara Liga Indonesia 2005.
Selanjutnya praktis tidak ada pergantian pemain, hanya saja beberapa pemain keluar dan baru masuk. Mulai dari keluarnya pemain asing Erick Mabengga, Christian Lenglolo, Victor Sergio yang sering dipanggil Christian Verron maklum wajahnya mirip gelandang Argentina itu.
Praktis hanya Victor Igbonefo, David Darocha pemain asing yang bertahan hingga Zah Rahan masuk gantikan Eduard Ivakdalam. Bahkan tim Mutiara Hitam punya trio berbahaya yaitu Beto Boaz dan Jeremiah. Waktu itu tim Persipura mencetak 81 gol dan 77 diantaranya milik Beto Boaz dan Ernest Jeremiah. Boaz mencetak 38 gol, Beto 23 dan Jeremiah 16. Beto bilang itu prestasi terbaik bersama Persipura dengan trisula maut, trio “BBJ” Persipura Mutiara Hitam.
Oleh karena itu tak heran kalau mantan Ketua Umum Persipura MR Kambu mengatakan bahwa prestasi yang dicapai tim Mutiara Hitam tidak didapat begitu saja, namun butuh waktu 10 tahun untuk membinanya.
MR Kambu dalam bukunya berjudul ‘Jejak Persipura go Internasional‘ menyebutkan bahwa Tuhan jadikanlah Persipura sebagai alat di tangan Mu untuk mewartakan, menyaksikan dan memuliakan nama Mu di tanah Papua dan Indonesia serta di seleruh muka bumi ini, Amin! (*)