Belajar dari Mutiara Hitam di LCA 2010,’ kalah mental’ di pentas Asia
“Kebiasaan bermain di level Indonesia Super League (ISL) belum bisa hilang 100 persen. Memang mengecewakan tetapi kami mengambil hikmahnya”
Jayapura, PG– Hari itu, 23 Februari 2010 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) pertama kali tim berjuluk Mutiara Hitam Persipura menapaki kakinya di pertandingan level Asia dipentas Liga Champion Asia (LCA) melawan tim asal Korea Selatan, Jean Buk Hyundai Motor.
Boaz T Solossa dan kawan kawan masuk dalam Grup F LCA antara lain klub klub maut dari Jepang, China dan Korea. Lawan pertama di Stadion GBK melawan klub Jeonbuk Motors, Korsel, selanjutnya klub asal Jepang Kashima Antlers dan klub asal Tiongkok, Changchung Yatai klub dekat Kota Beijing.
Pertandingan perdana di Stadion GBK, jurnalis jubi.id bergabung dengan crew RRI Jayapura dibawah komando Mr Melki Mansoben dan Jack Anderi dari lapangan melaporkan langsung permainan ciamik anak anak Papua saat melawan tim papan atas dari Korea Selatan.
Bagi Melki Mansoben waktu itu bahwa impian untuk bermain di timnas Indonesia terbayar sudah dengan mayoritas anak anak Papua berbaju jersey Merah Strip Hitam mewakili klub Indonesia di kancah sepak bola Asia.
Meski laporan langsung dari lapangan GBK jelas tak segampang membalik tangan toh siaran langsung dilakukan dengan menampilkan jurnalis jubi.id sebagai komentator dan pengamat pertandingan kedua tim dari Asia Timur dan Indonesia Timur. Selain didampingi dua reporter senior sepak bola dan olahraga Papua, Dai Jack Anderi dan Napi Melki Mansoben.
“Hari itu kami bertiga membahas permainan anak anak Papua melawan tim sepak bola klub utama dari Korea Selatan,”kenang Dai Jack Anderi belum lama ini di Kota Jayapura.
Pertandingan perdana Mutiara Hitam melawan klub asal Korsel ini jelas terlihat jomplang, meski tim Jeanbuk Motor menurunkan sebagian besar pemain mudanya. Penampilan perdana itu bagi kapten Eduard Ivakdalam dan kawan kawan terlihat tegang dan harus menelan pil pahit kalah 1-4 di depan pendukung Persipura yang hanya sebagian kecil dari Stadion GBK yang besar itu.
“Hasil ini sangat mengecewakan. Kebiasaan bermain di level Indonesia Super League (ISL) belum bisa hilang 100 persen,”kata Jakcsen F Tiago kepada wartawan kala itu usai pertandingan di mana Eduard Ivakdalam dan kawan kawan kalau 1-4. Gol pertama tim tamu dicetak melalui titik putih, setelah Ian Luis Kabes melakukan pelanggaran yang sebenarnya tidak perlu dia buat kala melawan tim muda klub Korsel itu.
Meski tertinggal, pelatih asal Brasil itu mencoba meracik taktik dan strategi babak kedua tim Mutiara Hitam mulai bangkit dengan permainan ciri khasnya, bermain cepat dari kaki ke kaki dengan sentuhan satu duanya yang terkenal kala itu. “Serangan bertubi-tubi ke jantung pertahanan tim lawan pun digalakan,” Sayangnya anak anak Mutiara Hitam terlalu asyik menyerang, tiba tiba serangan balik dari anak anak muda Korsel itu langsung menjebol gawang Persipura yang dikawal Jendri Pitoy. Bio Pauline, Jack Komboy dan Victor Igbonefo tak mampu membendung serangan cepat anak anak Korsel itu. Tim asuhan pelatih asal Brasil itu hanya mencetak satu gol menit ke 67 lewat si kaki pemain serba bisa Ian Luis Kabes.
“Ini adalah penampilan pertama Persipura di laga Internasional. Memang mengecewakan tetapi kami mengambi himahnya.
“ Yang jelas kami tetap seperti target semula yaitu lolos babak berikutnya. Atau minimal tidak lagi menjadi bulan bulanan lawan di Grup F,”ujar Tiago menambahkan.
Pelatih Jacksen F Tiago tak lupa pula memohon maaf kepada seluruh penggemar Persipura atas kekalahan ini. “Dengan segala kemampuan dan keterbatasan yang ada saya sebagai pelatih bangga melihat penampilan para pemain di babak kedua. Permainan seperti itu yang akan memberikan warna bagi sepak bola di Indonesia,”kata Jacksen F Tiago sebagaimana dilansir dari harian Topskor edisi 24 Februari 2010.
Sebaliknya pelatih asal Korea Selatan dengan tim muda Jeanbuk Motors, Choi Kang Hea Hee mengatakan kemenangan atas tim Persipura tak lepas dari gol awal tendangan 12 pas. “Gol itu membuat pertandingan cukup mudah di menit menit berikutnya,”kata Choi.
Kalah mental dan VAR
Meski tim berjuluk Mutiara Hitam kalah, pernyataan pelatih Jacksen F Tiago kala itu sangat penting, bagaimana menghilangkan kebiasaan bermain di Liga Utama Indonesia termasuk kepemimpinan wasit dalam pertandingan. Mental bermain dalam sepak bola jelas merupakan factor penting dalam meningkatkan kemampuan. Hal ini terutama bagaimana menghilangkan cara bermain di liga lokal ke kancah lebih tinggi alias kasta tertinggi dalam sepak bola.
Kini sepak bola semakin berkembang terutama dengan adanya tekonologi VAR yang kepanjangannya Video Asistant Referee atau keberadaan asisten wasit dengan bantuan teknologi video (VAR). Lalu apa pentingnya VAR dalam sepak bola modern? Tentunya cara kerja VAR jelas memudahkan keputusan wasit yang memimpin pertanidngan dengan memeriksa siaran televise atau rekaman pertandingan secara langsung untuk melihat insiden dalam sebuah pertandingan sepak bola. Ini berarti peringatan bagi pesepak bola yang suka acting alias diving dalam bermain.
Adanya teknologi VAR ini jelas sangat baik, walau terkadang ada keputusan kontroversial karena teknologi membantu, toh keputusan akhir ada di tangan si pengadil di lapangan untuk memberikan sahihnya sebuah permainan.
Tinjauan VAR ini akan membantu wasit dalam proses terjadinya sebuah gol, mulai dari kemungkinan offside, pelanggaran atau handball. Wasit tak segan memutuskn adanya dugaan pelanggaran, penyerang lawan mencari keuntungan dengan sengaja menjatuhkan diri (diving).
Terlepas dengan adanya pro dan kontra VAR, bagaimana ke depan sepak bola di Indonesia bisa maju, kali ini di tanah Papua hanya PSBS Biak yang bermain di Liga 1 Indonesia. Usai pelaksanaan PON di tanah Papua fasilitas Stadion Lukas Enembe, Stadion Mandala dan juga Stadion Barnabas Jouwe jelas sudah memenuhi standard apalagai Stadion Lukas Enembe dan Stadion Mandala. Namun persoalan utamanya adalah kesiapan perangkat pertandingan di level daerah. Mulai dari SDM perangkat VAR itu sendiri termasuk manusianya yang akan menjalankannya demi membantu perangkat pertandingan di lapangan, mulai dari wasit dan hakim garis serta penanggungjawab pertandingan. Hal ini penting dalam menunjang mental bertanding sebagaimana dikeluhkan Jacksen F Tiago ketika Persipura kalah melawan Jeonbuk Motors di Stadion GBK Senayan Jakarta, 14 tahun lalu di Liga Champion Asia, Grup F.(*dominggus Arnold mampioper)