Breaking News

Dominggus Waweyai striker Papua yang menghilang, tinggalkan timnas Indonesia di Belanda


Dominggus Waweyai mendapat julukan kelinci hitam (black Rabbit) kala perkuat timnas Indonesia- Jubi/ist

Jayapura, GP-Siang itu, pekan lalu di restaurant China di Utrech Central, Belanda putra pertama tokoh Papua merdeka, almarhum Markus Wonggor Kaisiepo, yakni Ben Kafiar mengajak jurnalis Jubi.id sebagaimana dikutip Papua Goal.com untuk makan siang di restaurant tersebut.

Makanan cukup beragam dan pilihan jatuh kepada masakan ikan kuah plus nasi dan capcay . Lumayan mahal kalau di kurs dari mata uang Euro ke Rupiah. Tapi tak apalah toh mendapat traktiran dari seorang mantan amtenar Belanda tamatan OSIBA sekolah beestur pribumi di Hollandia yang sudah berusia 82 tahun.

Dia menceritakan banyak hal terutama pengalamannya selama bertugas di Hollandia (nama Kota Jayapura jaman Belanda) hingga akhirnya mengikuti orang tuanya, Markus Wonggor Kaisiepo ke negeri Belanda sejak 1962.

Salah satu kisahnya yang menarik adalah ketika pemain pertama Papua yang memperkuat timnas Indonesia, Dominggus Waweyai lari meninggalkan timnas Indonesia pada Juni 1965.

“Saat timnas Indonesia hendak ke Belanda melawan Feyenord. Dominggus Waweyai telah menelepon salah seorang teman sekolahnya di PMS Misi Katolik (sekarang SMP YPPK Paulus Abepura) Benny Kafiar untuk menjemputnya saat tiba nanti di Belanda,”kata Kasiepo.

Saat itu ketika tim nasional Indonesia tiba dan hendak melawan klub Feyenord di Roterdam,lanjut Benny Kasiepo apparat Indonesia menjaga ketat tim Indonesia sehingga warga Papua di Belanda sulit bertemu dengan Dominggus Waweyai. Beruntung ada mantan pelatih Waweyai dan pemain Belanda selama di Papua, Keis van de Werk yang langsung menjemput di tengah penjagaan ketat itu.

“Kita semua sulit masuk karena gampang ketahuan, terpaksa kita minta bantuan Keis van der Werk yang datang dan mereka tidak curiga. Waktu itu mereka akan melawan tim Feyenord,”kata Kaisipo seraya menambahkan dengan tenang Keis datang dan berbincang bincang dengan Waweyai hingga akhirnya hilang di tengah keramaian kota Rotterdam.

Keiss van der Wek adalah mantan pelatihnya di MVV Hollandia, yang tampil dalam Liga Divisi 1 Liga Hollandia. Hollandia adalah nama Jayapura pada era Belanda.

Bapak tua ini menuturkan waktu melawan Feyenord di Rotterdam pada 9 Juni 1965, timnas Indonesia kalah telak 1-6.”Padahal lawan berikutnya timnas Indonesia akan melawan tim elit Belanda Ajax Amsterdam, tetapi Waweyai sudah tidak ada lagi bersama tim nasional Indonesia,”kata Benny Kaisiepo.

Gareng alias Sucipto Suntoro saat memimpin skuad Indonesia di Belanda. Gareng dalam bukunya sangat menyesal tentang kepergian Waweyai meninggalkan timnas Indonesia- Jubi/dok

Sayangnya selama di Belanda, Dominggus Waweyai tidak lagi bermain sepak bola dan tinggal bekerja sebagaimana warga Papua lainnya di sana. “Waweyai tidak melanjutkan karier sepak bolanya di negeri Kincir Angin itu, hanya pemain bola Papua saat itu yang menjadi pesepak bola professional yaitu Adolof Hanasbey,”kata Ben Kaisiepo.

Hingga kini kata Kaisiepo sangat jarang anak anak Papua bermain bola di Liga Belanda, terakhir hanya Lodie Roembiak di Roda FC sampai ke Eintrackt Frankfurt di Liga Jerman. Kepada jubi.id adik kandung dari Lodie Roembiak, Grace mengatakan abangnya kini menjadi pelatih sepak bola di negeri Belanda.

Supporter Persija juga memasukan Dominggus Waweyai sebagai salah satu legenda Persija . Pasalnya saat itu Waweyai bersama Gareng julukan Sucipto pernah membawa Persija menjadi juara Perserikatan 1964 di bawah asuhan pelatih Persija saat itu Endang Witarsa. Pelatih ini pula yang pertama kali merekrut Hengky Heipon bergabung dengan timnas Indonesia era 1966 di Jakarta.(*)

 

Berita Terkait


Breaking News

© 2024 Papua Goal. All Rights Reserved. Design by Velocity Developer.
Top