Breaking News

Anggota DPR Papua Tengah berharap pelatihan Montessori dan kerja sama dengan YPMAK bisa majukan pendidikan


Guru guru Sekolah Dasar (SD) dari Nabire ikut pelatihan calistung dan Montessori di SATP di Timika-PG/ist

 

“Saya berharap ke depan Pemerintah Provinsi Papua Tengah bisa memfasilitasi pelatihan seperti ini secara lebih masif. Terima kasih kepada YPMAK atas kesempatan yang diberikan”

Timika, Papua Goal– Merasa pendidikan itu sangat penting dan membangun Sumber Daya Manusia (SDM) itu bergantung pada guru guru yang kualitas dan professional. Anggota DPR Provinsi Papua Tengah Peter Worabay mengatakan kedatangan para guru dari Nabire ke Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP) binaan Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) karena merasa prihatin terhadap pendidikan di Kabupaten Nabire.

Pelatihan ini merupakan hasil kolaborasi antara SATP dan Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK), yang bertujuan membekali para guru dengan pendekatan inovatif dalam mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung (calistung), khususnya bagi anak-anak usia pendidikan dasar.

“Saya melihat sendiri bahwa masih banyak anak di Nabire yang belum mengenal huruf. Inilah yang mendorong saya membawa guru-guru ini untuk dilatih. Saya yakin peningkatan kualitas guru akan mempercepat ketertinggalan kami dalam bidang pendidikan,”kata  Peter di Timika, Rabu (23/4/2025) melalui keterangan pers yang diterima papuagoal.com, Sabtu (26/4/2025).

Menurut dia para guru yang mengikuti pelatihan di SATP karena alasannya adalah  karena terinspirasi dari kunjungan sebelumnya yang menunjukkan keberhasilan pendekatan pendidikan di sekolah tersebut.

“Saya melihat sendiri bagaimana SATP mendidik anak-anak dengan metode yang luar biasa. Karena itu saya berkoordinasi dengan Divisi Pendidikan YPMAK agar guru-guru Nabire bisa belajar langsung dari sini,” katanya seraya menyampaikan apresiasinya kepada YPMAK atas keterbukaan dan dukungan yang diberikan.

Ia berencana melaporkan hasil pelatihan ini kepada Gubernur Papua Tengah untuk mendorong program serupa yang lebih luas.

“Saya berharap ke depan Pemerintah Provinsi Papua Tengah bisa memfasilitasi pelatihan seperti ini secara lebih masif. Terima kasih kepada YPMAK atas kesempatan yang diberikan,” tambahnya.

Dr Leonard Tumuka, Direktur YPMAK Periode 2025-2030 – JPG/dok

Sementara itu Ketua YPMAK Leonardus Tumuka menyambut baik sinergi ini yang dinilai sebagai bagian dari komitmen yayasan dalam peningkatan kualitas pendidikan di wilayah Papua.

“YPMAK memang berkomitmen untuk terus mendorong kualitas pendidikan, tidak hanya di Mimika, tapi juga di Papua Tengah. Ini langkah awal yang positif,” kata Dr  Leonardus.

Lebih lanjut katanya bahwa  YPMAK akan mengevaluasi kemungkinan untuk mengembangkan program pelatihan lanjutan bagi guru-guru di wilayah lainnya.

“Kami akan kaji lebih lanjut agar ke depan bisa terbentuk program pelatihan yang lebih sistematis untuk meningkatkan kompetensi para pendidik,”tambahnya.

Metode Montessori dikenal sebagai pendekatan pembelajaran yang berpusat pada anak dan mendorong tumbuhnya kemandirian serta pemahaman konseptual yang kuat sejak usia dini.

Anggota DPRD Provinsi Papua Tengah, Peter Worabay, yang memprakarsai keikutsertaan para guru dari Nabire, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi pendidikan di wilayah tersebut.

“Saya melihat sendiri bahwa masih banyak anak di Nabire yang belum mengenal huruf. Inilah yang mendorong saya membawa guru-guru ini untuk dilatih. Saya yakin peningkatan kualitas guru akan mempercepat ketertinggalan kami dalam bidang pendidikan,” ungkap Peter.

Peter juga menjelaskan alasan memilih SATP sebagai lokasi pelatihan. Ia mengaku terinspirasi dari kunjungan sebelumnya yang menunjukkan keberhasilan pendekatan pendidikan di sekolah tersebut.

“Saya melihat sendiri bagaimana SATP mendidik anak-anak dengan metode yang luar biasa. Karena itu saya berkoordinasi dengan Divisi Pendidikan YPMAK agar guru-guru Nabire bisa belajar langsung dari sini,” jelasnya.

Lebih lanjut, Peter menyampaikan apresiasinya kepada YPMAK atas keterbukaan dan dukungan yang diberikan.

Ia berencana melaporkan hasil pelatihan ini kepada Gubernur Papua Tengah untuk mendorong program serupa yang lebih luas.

Kelas Montessori di Timika dilaunching di SATP Mimika-PG/dam

“Saya berharap ke depan Pemerintah Provinsi Papua Tengah bisa memfasilitasi pelatihan seperti ini secara lebih masif. Terima kasih kepada YPMAK atas kesempatan yang diberikan,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua YPMAK Leonardus Tumuka menyambut baik sinergi ini yang dinilai sebagai bagian dari komitmen yayasan dalam peningkatan kualitas pendidikan di wilayah Papua.

“YPMAK memang berkomitmen untuk terus mendorong kualitas pendidikan, tidak hanya di Mimika, tapi juga di Papua Tengah. Ini langkah awal yang positif,” kata Leonardus.

Ia menambahkan YPMAK akan mengevaluasi kemungkinan untuk mengembangkan program pelatihan lanjutan bagi guru-guru di wilayah lainnya.

“Kami akan kaji lebih lanjut agar ke depan bisa terbentuk program pelatihan yang lebih sistematis untuk meningkatkan kompetensi para pendidik,” ujarnya.

Kepala Program Montessori SATP, Theodora, menjelaskan pelatihan ini tidak hanya memberikan teknik mengajar membaca tulis dan hitung (calistung), tetapi juga bertujuan membentuk paradigma baru di kalangan guru.

“Kami memberikan pemahaman tentang filosofi Montessori yang berpihak pada anak. Guru diajak memahami bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, sehingga anak-anak bisa belajar dengan rasa aman dan senang,” katanya.

Pelatihan ini dirancang berlangsung selama satu minggu, dengan materi yang disusun secara bertahap melalui pendekatan teori dan praktik.

Montessori di SATP diluncurkan 2024

Anak belajar metode Montessori di SATP di Timika kerja sama YPL dan YPMAK- PG/dam

Program kelas Montessori ini diluncurkan pada 9 Agustus 2024 di SATP di Timika dengan mendapat instruktur dari Yogyakarta.

Montessori adalah metode pendidikan untuk membantu anak mencapai potensinya dalam kehidupan.

Metode ini menekankan kemandirian dan keaktifan anak dengan konsep pembelajaran langsung melalui praktik dan permainan kolaboratif.

Untuk menjalankan metode Montessori, SATP menyiapkan tiga kelas khusus dengan pendamping yang didatangkan dari Yogyakarta.

Kepala Yayasan Pendidikan Lokon (YPL) mitra dari YPMAK, Andreas Ndityomas mengatakan, program Montessori merupakan bagian dari pengembangan kurikulum pendidikan berbasis kehidupan kontekstual Papua.

Anak anak usia 6-7 tahun belajar di ruang Montestory model pendidikan di SATP-PG/dam

Pada pelaksanaan pembelajaran, YPL menemukan anak-anak Papua membutuhkan pendampingan khusus. Pendampingan khusus ini lebih kepada bagaimana peserta didik bisa memahami segala hal, mulai bentuk, ukuran, maupun lainnya.

Mengutip Wikipedia.org menyebutkan bahwa Metode Montessori adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak, berdasar pada teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori, seorang pendidik dari Italia di akhir abad 19 dan awal abad 20. Metode ini diterapkan terutama di pra-sekolah dan sekolah dasar, walaupun ada juga penerapannya sampai jenjang pendidikan menengah.

Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut “direktur” atau “pembimbing”). Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktik. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai konsep.

Dr. Maria Montessori mengembangkan “Metode Montessori” sebagai hasil dari penelitiannya terhadap perkembangan intelektual anak, yang pada awalnya diterapkan kepada anak yang mengalami keterbelakangan mental tapi diketahui juga efektif untuk anak-anak normal.(*)

Berita Terkait


Breaking News

© 2025 Papua Goal. All Rights Reserved. Design by Velocity Developer.
Top