Persipura milik semua warga Papua dan Indonesia
Jayapura, PG- Keberhasilan tim berjuluk Mutiara Hitam menampilkan permainan khas bergaya Yosim Samba di sepak bola Indonesia dan Asia memberikan kesan tersendiri. Sentuhan satu dua dan suka main goreng bola (gocek bola) selalu menjadi ciri khas anak anak Papua dalam bermain bola di tanah air Indonesia.
Tak heran ketika Persipura turun kasta ke Liga 2, Ruben Karel Sanadi angkat suara, tanpa Mutiara Hitam di Liga1 sangat terasa ada sesuatu yang hilang. “Dia tidak menjelaskan apa yang hilang, tetapi kalau mau dibilang mungkin ungkapan yang tepat, Tanpa Mutiara Hitam di Liga1 ibarat “Sayur Tanpa Garam” Hal ini jelas membuat suasana sepak bola di Liga 1 terasa hambar dan biasa-biasa saja.
Jika melihat peta kekuatan sepak bola di Indonesia kelihatannya hanya terpusat di Pulau Jawa dengan 14 klub, Pulau Bali dengan satu klub Bali United, Pulau Sulawesi dari Selatan, PSM Makassar sedangkan Pulau Kalimantan ada Borneo FC dan Barito Putra.
Hanya Pulau Sumatera tak ada PSMS Medan dan Persiraja Banda Aceh, Maluku dan NTT dengan PSA Ambon dan Persiku Kupang serta Papua dengan Persipura. Padahal di era Indonesia Super League dari Papua ada Perseru Serui, Persiram Raja Ampat dan Persidafon. Bahkan dalam Perserikatan di era 1980 an, Perseman Manokwari dan Persipura babak semifinal di Stadion Bung Karno Senayan, hingga akhirnya Perseman runner up Perserikatan setelah kalah dari Persib Bandung.
Kini ada pesepak bola Papua yang berlaga di Liga 1, Terens Puhiri di Borneo FC, Ricky Kambuaya di Dewa United, Ferinando Pahabol di PSIS Semarang dan top skor PSS Sleman Ricky Cawor. Mestinya dengan bertaburan pemain club Persipura harus bangkit. Jangan sampai nasibnya sama dengan PSA Ambon dengan banyak pemain Ambon di Liga Indonesia tetapi Persatuan Sepak Bola Ambon (PSA) tetap di Liga 3. (*)