Ian Kabes : “Saya pernah dilempari kacang saat hendak menendang bola “
Jayapura, PG– Kulit pisang dan kacang tak lepas pula dari sindiran rasisme dalam sepak bola di dunia, bahkan tim berjuluk Mutiara Hitam dalam kancah sepak bola di Liga Indonesia juga ketiban teriakan rasis. Ian Luis Kabes kapten Persipura katakan pernah pula dilempari kacang. “Pas saya mau tendang bola ada orang yang melempar kacang dan saya ambil kacangnya dan kupas kulitnya lalu saya makan kacang itu,”katanya seraya menendang bola mati dari tendangan pojok.
Demikian sekelumit kisah yang diputar dalam film berjudul Mutiara Hitam Jenderal Lapangan, yang baru saja dilaunching di Jayapura, Yogyakarta dan Jakarta secara serentak pada Jumat (29/9/2023) dan Sabtu (30/9/2023).
Film produksi JubiTV karya sutradara, Maurit Yansip ini mewawancari nara sumber seperti Jack Komboy, Benny Yensenem, Ian Luis Kabes dan juga Angky coordinator suppuer BCN 1963 di Jayapura. Banyak kisah soal rasis dan harga diri orang Papua dalam sepak bola yang diangkat dalam film itu.
Sindiran rasisme merupakan hal aneh dalam sepak bola, mulai dari teriakan monyet dan juga pelemparan pisang di dalam lapangan.
Namun demikian bagi Jack Komboy kemenangan Persipura pada musim 2005-2006 sekaligus mengangkat tim Persipura sebagai salah satu klub yang sejajar denagn klub-klub di tanah Jawa maupun di lura Papua. “Kemenangan Persipura sekaligus mengangkat derajat sepak bola di tanah Papua dan juga harga diri orang Papua,”kata Jack Komboy yang juga politikus Hanura ini.
Beberapa catatan tentang teriakan rasial terhadap tim berjuluk Mutiara Hitam saat Persipura melawan Arema Malang pada November 2009. Akibatnya mendapat tanggapan dari seorang Aremania dari Depok dan menulis surat permohonan maaf kepada Persipura. Dia menulis surat pembaca kepada Persipura dalam Tabloid Bola edisi Selasa, 15 Desember 2009 antara lain,
Maaf untuk Persipura
Salam olahraga
Setelah membaca banyak liputan di media cetak tentang pertandingan antara Arema melawan Persipura, saya sebagai pendukung Arema menyesalkan mengapa pertandingan itu diwarnai teriakan teriakan bernada rasial yang dilontarkan penonton di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Meski tidak jelas, apakah yang melakukan teriakan itu Aremania murni atau sekadar oknum, sebagai warga Aremania saya sungguh prihatin. Apalagi selama ini sebagai Aremania kita memiliki prinsip bahwa suara hati, perjuangan dan panggilan jiwa kami hanya untuk Arema.
Saya ingin prinsip itu jangan sampai dirusak secuiloknum yang ingin Aremania menjadi musuh publik di Indonesia. Kita harus tunjukan bahwa Aremania cinta damai serta harus bisa memberi contoh. Walau kita berbeda warna, tetap bersaudara.
Kepada seluruh anggota tim Persipura hingga seluruh pendukungnya, terutama warga Jayapura, secara pribadi dan atas nama Aremania di seluruh Indonesia, kami meminta maaf yang sebesar besarnya jika beberapa oknum Aremania/Aremanita telah melukai perasaan kalian.
Salam 1 Jiwa Aremania.
Okim
ITC Depok Lt VI Blok B 55-56
Depok Jawa Barat
Akibat dari teriakan rasis kala itu, melawan Arema dalam ISL 2009-2010, pemain Persipura tak bisa menahan kemarahan dan emosi. Beberapa pemain merusak fasilitas stadion Kanjuruhan sehingga Persipura terkena denda sebesar Rp 5 juta.
“Kami paham, mereka melakukannya karena kesal diperlakukan rasis oleh penonton,”ujar Ketua Komisi Disiplin PSSI kala itu, Hinca Panjaitan sebagaimana dikutip Papua Goal dari Cenderawasih Pos edisi Sebatu 19 Desember 2009.
Bukan hanya itu saja dua pemain Papua Thedorus Bitbit dan Noah Maryen ketika memperkuat Pelita Jaya dalam Galatama di Indonesia sekitar 1990 an sempat mendapat sindiran rasialis. Bahkan keduanya mendapat lemparan kulit pisang saat bermain di dalam lapangan sepak bola. Sulit memang mereka membedakan antara lapangan bola dan kebun binatang.
Menjatuhkan mental lawan boleh-boleh saja asalkan bermain dengan sportif dan bukan dengan terror yang menjurus kepada rasialis antar sesama manusia. Kondisi ini memang telah menggambarkan betapa sinisnya mereka terhadap Mutiara Hitam yang selalu menang di lapangan hijau. (Dominggus A Mampioper)