PSBS Biak, antara Napi Bongkar dan Badai Pasifik
Jayapura, PG – Julukan bagi tim terkadang tidak datang begitu saja melainkan melalui sejarah klub itu sendiri. Atau juga jersey dan letak kota asal klub sesuai dengan lingkungan alamnya, misalnya dekat laut dan pantai.
Terkini, manajemen Persatuan Sepak Bola Biak dan Sekitar (PSBS) memberikan julukan Badai Pasifik untuk tim Liga 2 itu karena Pulau Biak dan sekitarnya berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik. Apalagi sponsor utama klub ini adalah Nusa Tuna, jadi lengkap sudah ‘Badai Pasifik’ yang membawa ikan tuna ke dalam skuad PSBS Biak.
Sebenarnya julukan tim itu penting untuk mengembangkan dan seringkali mempengaruhi branding dari klub tersebut. Julukan yang kuat dan mudah diingat akan membantu klub mendapatkan branding yang baik di kalangan pendukung dan dunia sepak bola internasional.
Lalu bagaimana dengan klub PSBS Biak dari Cenderawasih Kuning, karena kostumnya berwarna kuning, Napi Bongkar karena sesuai dengan karakter anak Biak yang gagah dan perkasa.
Mantan Manajer PSBS Biak, Mansar Manora, atau lebih dikenal dengan nama Jimmy Kapisa, menerangkan bahwa menggunakan kata ‘Napi’ karena sejatinya PSBS adalah klub sepak bola yang awal mulanya dirintis oleh para tua tua di Kota Biak sejak 1964. Kesebelasan ini dibentuk atas kerinduan memiliki klub kultur di Biak Numfor dan sekitarnya.
“Kata Napi itu sendiri adalah sapaan khas bagi kaum laki-laki Biak yang sangat kental dalam kekerabatan erat famili dekat. Sedangkan kata ‘Bongkar’ menjadi spirit kekuatan untuk mendobrak lawan dalam permainan dengan karakter anak Biak yang berciri khas gagah dan perkasa,” tulisnya dalam menanggapi artikel Jubi berjudul PSBS Biak dari Jarum, Napi Bongkar, dan Badai Pasifik.
Dia menambahkan tidak dipungkiri bahwa sejatinya anak Biak atau atlet sepak bola kelahiran Biak Numfor adalah atlet yang kuat. Hal ini telah terbukti di berbagai cabang olah raga, mengharumkan nama Biak Nunfor, Papua, bahkan Indonesia di mata dunia hingga kini dan nanti.
Dalam cabor angkat besi ada nama Liza Rumbewas, peraih medali perak Olimpiade Australia dan Olimpiade Yunani. Atau putri Stevanus Korwa, mantan striker Arema Malang, Nitya Krishinda Maheswari Korwa, peraih medali emas ganda putri bulu tangkis Asian Games di Korea Selatan.
Menurut dia, masih tertinggal, tersimpan, bahkan masih terngiang, tentang julukan PSBS oleh para pendiri PSBS ketika itu ‘Cenderawasih Kuning’. Bahkan julukan itu masih tertulis di papan skor di Stadion Cenderawasih, di atas tanah adat yang diberikan oleh keluarga besar Rumaropen kepada para pendiri klub PSBS Biak.
Dikatakan untuk mengenal lebih baik kata Napi Bongkar, bahwa sesungguhnya bukan seperti pemahaman bahwa PSBS selalu bermain kasar sebagaimana tertulis dalam release yang menggugah di atas, tapi sebenarnya joke ‘Napi Bongkar’ lebih kepada spirit untuk semangat untuk bermain bola mendobrak benteng lawan.
Joke ‘Napi Bongkar’ dicetuskan oleh Almarhum Manbri Mansonanem Yusuf Melianus Maryen, mantan Bupati Biak Numfor, yang ketika itu menjabat sebagai Ketua Umum PSBS Biak hingga bisa membawa PSBS ke puncak Divisi Utama atau Liga 2 sekarang.
Oleh karena itu, kata Kapisa, jika mungkin saja masih ada pemahaman yang keliru bahwa PSBS Biak adalah tim yang kasar dan lain-lain dalam konteks negatif, kiranya joke Napi Bongkar tidak lagi disalahartikan walaupun hanya sekedar lelucon, jika ada kerinduan untuk PSBS semakin jaya dan eksis terus sebagai lambang identitas kultur, lambang kehormatan masyarakat Biak Numfor, Saireri, dan Papua.
Dia menambahkan jelas bisa dibuktikan (ikuti Sepak Bola Dunia, terlebih Sepak Bola Liga Indonesia), bahwa ada juga klub sepak bola lainnya juga di Nusantara ini yang lebih kasar.
“Bahkan lebih brutal dari PSBS Biak, tapi tidak kita ketahui dan tidak juga dijadikan lelucon seperti PSBS Biak,” katanya.
Dia juga mengingatkan untuk menghilangkan pemahaman yang sedikit keliru tentang joke ‘Napi Bongkar’ tersebut.
“Begitu juga tentang joke ‘Jarum’ yang bisa saja disalahartikan dan dapat menyinggung perasaan dari keluarga besar marga Jarangga/Yarangga dan marga Rumaropen, yang pernah berjasa untuk kejayaan klub kebanggaan masyarakat Biak Numfor dan Papua. Meskipun hanya sebuah kalimat lelucon sebagai rekaman nostalgia,” katanya.
“Apresiasi kepada Bapak Herry Ario Naap selaku Ketua Umum PSBS Biak bersama Bapak Yan Permenas Mandenas yang mau memberikan dukungan moral dan material secara personal bersama pihak sahabat sponsor utama. Terutama pihak-pihak yang punya kepedulian untuk mengangkat harga diri masyarakat Papua melalui PSBS Biak dengan joke/julukan terbaru yakni ‘Badai Pasifik’,“ tulisanya dalam pesan singkat yang dikutip jubi.id.
Dia juga menitip pesan agar jangan melupakan julukan ‘Napi Bongkar’ dan tetap digunakan oleh suporter fanatik Biak Numfor.
“Julukan suporter tetap selalu digunakan,” begitulah pesan mantan manajer PSBS Biak. (*)