Inilah pelatih peletak dasar gaya bermain’ Samba Brasil di Persipura’
Jayapura, Jubi– Meski sebanyak pelatih asal Brasil yang pernah menukangi tim berjuluk Mutiara Hitam Persipura mulai dari Antonio Gonzaga Netto, Jacksen F Tiago, Osvaldo Lessa, Wenderlay da Silva Junior, Amilton Silva dan Luciano Leandro. Bahkan Jacksen F Tiago yang terlama di Persipura hampir tujuh tahun lamanya bukan pula peletak dasar gaya bermain Samba Brasil kepada Boaz T Solossa dan kawan kawan. Ternyata bukan mereka pelatih Brasil, peletak dasar gaya bermain Samba di Persipura dan Diklat PPLP Irian Jaya angkatan pertama.
Walau bukan peletak dasar sepak bola Samba di tanah Papua, pelatih Jacksen F Tiago mengakui kalau ada kemiripan anak anak Papua bermain sepak bola mirip dengan anak anak di Brasil saat bermain bola di pantai Copacobana dan Ipanema beach di Rio de Jeneiro.
“Anak anak Papua selalu mengutamakan satu dua sentuhan dan passing sembari tertawa, tersenyum sewaktu berlari, menggiring bola dan mencetak gol sebanyak banyaknya. Mereka sungguh mereka menikmati saat saat indah bermain bola,”demikian kata Jacksen F Tiago dalam buku berjudul Yosim Samba Sepak Bola dari Timur oleh penulis Dominggus A Mampioper. “Ini adalah satu kemiripan yang dilakukan anak anak Papua dan anak anak Brasil ketika bermain bola,”kenang Jacksen ketika bermain bola di pantai Copacobana. “Sungguh menakjubkan,”tambahnya.
Tak heran kalau Amanda Kendle adalah seorang pecandu perjalanan asal Australia yang telah mengunjungi lebih dari tiga puluh negara menulis olahraga melintasi segala macam batas budaya.
“Alasan saya suka bertanya tentang anak-anak dan olahraga adalah karena hal itu menghilangkan semua kontroversi,”tulisnya yang dikutip papuagoal.com dari https://vagabondish.com
“Anda akan menyaksikan setiap orang mencoba mempertahankan kode sepakbolanya sendiri, tergantung di mana ia dibesarkan, dan kemudian pertengkaran tentang permainan kriket mungkin akan terjadi. Artinya, Anda tidak akan pernah mendengar bahwa hampir semua gadis Australia, dan banyak juga wanita, bermain netball. Dan daftarnya terus berlanjut. Mainkan dengan aman dan bicarakan tentang anak-anak,”tulis Amanda Kendel saat menyaksikan anak anak Brasil bermain bola di pantai Ipanema di Rio de Jeneiro.
Mungkin itulah yang menjadi dasar sepak bola dan olahraga dimulai sejak usia dini, ketika anak anak suka menenda bola. Atau mereka memulai dengan apa yang ada di sekitar mereka.
HB Samsi seorang guru asal Malang, Jawa Timur pertama kali ke Kota Jayapura, Provinsi Irian Barat sekitar 1964. Ia memulai kariernya mengajar di Sekolah Teknik Menengah (STM) Dok V sekarang SMP Negeri. Meski ayah dari tiga putra itu bukan guru olahraga, tapi melihat ketertarikan dan kegemaran anak anak Papua bermain bola.
Hal ini membuat pak HB Samsi banting stir dan memulai karier untuk menggeluti sepak bola, apalagi anak anak muridnya waktu itu Hengky Heipon kapten Persipura (1968-1978), Gento Rumbino, Bob Sapai dan masih banyak lagi pesepak bola andal di STM Dok V .
Tak heran kalau salah satu anak didiknya Benny Jensenem, mantan gelandang Persipura era 1970 an mengaku kalau HB Samsi peletak dasar sepak bola Samba di tanah Papua. Ia pula yang pertama didaulat menukangi tim berjuluk Mutiara Hitam. Kelebihan pelatih HB Samsi selalu meningkatkan kemampuan khusus pemain. Timo Kapisa misalnya tadinya sebagai striker selalu mengandalkan kaki kanannya saja, tetapi pak Samsi menyarankan harus melatih juga kaki kiri. “Ya saya setelah latihan bersama selalu berlatih kaki kiri sehingga kedua kaki saya sama sama kuat dan kencang,”kenang mendiang Timo Kapisa kala itu. Begitu pula dengan penyerang Christian Leo Yarangga semula juga mengandalkan kaki kanannya saja tetapi akhirnya mampu memantapkan sepakan kaki kirinya juga.
Salah satu anak didik HB Samsi, Ferdinando Fairyo kapten tim Persipura era 1990an mengakui kalau pelatih HB Samsi juga memberikan instruksi kepada pemain latihan-latihan khusus, misalnya Izaac Fatari setiap hari mendapat materi tambahan khusus latihan heading. “Begitu pula Cris Leo Yarangga setiap hari melatih tendang bola dengan kaki kiri sehingga akhirnya kedua kakinya sama-sama kuat,”kata Fairyo.
Angkatan pertama PPLP irian Jaya dibawah pelatih HB Samsi dan Hengki Rumere berhasil melahirkan generasi emas Papua antara lain Aples Tecuari, Crist Leo Yarangga, alm Ritham Madubun, alm Izaac Fatari, Carolino Ivakdalam, Johanes Bonay, Ronny Wabia, David Saidui pencetak gol pantat di babak final PON 1993 melawan DI Aceh
Mendiang HB Samsi lanjut Ferdinando Fairyo sebagai inspirator dan spirit bagi sepak bola di Tanah Papua dan Persipura. Dia peletak sepak bola Samba Brasil ala Papua di Persipura dan PPLP Irian Jaya
“Sabar melatih anak-anak Papua, membentuk karakter anak anak Papua yang terkenal dengan sifat pemalas dan malas tahu,”kata Ferdinando Fairyo salah satu anak didik HB Samsi angkatan 1986 di Diklat Sepakbola Papua.
Ia memulai karier dan menekuni sebagai pelatih sepak bola sejak 1964 hingga angkatan Diklat Sepakbola Irja 1986. “Usai kami merebut medali emas 1993 di Jakarta, kami langsung memperkuat Persipura yang waktu itu degradasi ke Divisi Utama,”kata Ferdinando Fairyo.
Pada 1988, HB Samsi sebagai pelatih kepala dan Abdon Rumabar sebagai asisten membawa Persipura Juara Divisi I dan selanjutnya kembali ke Divisi Utama Liga Utama Sepak bola Indonesia. “Kami alumni PON 1993 yang mengembalikan Persipura dari degradasi ke Divisi Utama sampai sekarang juara ISL empat kali,”kata Fairyo yang kini Humas PT PLN wilayah Papua.
Menurut Ferdinando Fairyo mereka termasuk angkatan terakhir dari anak-anak muda Papua yang ikut Pendidikan dan Latihan Sepak bola di Lapangan Mandala sejak 1986. “Saya dan kawan-kawan selama enam tahun ikut berlatih bersama HB Samsi dan Hengki Rumere di Mandala,”kata Nando seraya menambahkan selama ikut pendidikan beliau juga memberikan materi kepelatihan. Tak heran kalau selama di Diklat sepakbola beberapa pemain sudah mampu mengatur dan menyusun pemain. “Saya ingat kalau Pak Samsi hari ini memerintahkan saya menyusun dan mengatur pemain. Besoknya Carolino Ivakdalam dan selanjutnya Ritham Madubun yang mengatur dan bertindak sebagai pelatih,”kata Nando.
Mantan pemain Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar Papua (PPLP) angkatan pertama, Carolino Ivakdalam (alm), sempat mengunjungi mantan pelatih Persipura dan PPLP Papua HB Samsi di Malang. Kala itu, Samsi sudah berusia 84 tahun tapi masih ingat semua pemain Papua.
Atas jasanya sebagai peletak dasar sepak bola Papua, Samsi mendapat penghargaan dari Pemerintah Provinsi Papua pada September 2015 silam. Kontribusinya memang sangat diapresiasi pemerintah setempat dan para pencinta sepak bola di sana.
Pelatih asal Malang itu pada Jumat, 25 Maret 2016, telah pergi untuk selamanya menghadap Sang Pencipta di Kota Malang, Jawa Timur. Peletak dasar sepak bola di Papua ini meninggalkan tiga orang anak yang sudah dewasa dan berkeluarga.
Ketua Asosiasi Mantan Pemain Persipura (AMPP), Benny Jensenem, mengatakan sangat senang dengan penghargaan yang diberikan kepada HB Samsi dan Hengki Rumere dalam perayaan Hari Olahraga Nasional (HPN) beberapa waktu lalu. Hanya saja, Jensenem menyarankan agar ke depannya, mantan kapten Persipura era 1960-1970 Hengki Heipon juga pantas mendapat penghargaan.
Mungkin banyak yang tak mengenal HB Samsi. Dia merupakan bekas guru Sekolah Teknik Menengah (STM) Negeri Jayapura yang pertama kali mengenalkan gaya sepak bola samba di Persipura. Lelaki asal Jawa Timur ini melihat potensi anak-anak didiknya hingga rela meluangkan waktu untuk melatih anak-anak muda Papua kala itu.(*)