Inilah pelatih professional Papua pertama di Pupuk Kaltim Bontang
Jayapura,PG– Banyak penggemar sepak bola khususnya di tim berjuluk Mutiara Hitam hanya mengetahui nama Timo Kapisa sebagai striker utama Persipura, apalagi namanya disebut dalam syair dan lagu Persipura Mutiara Hitam.
“Timo Kapisa, Yohanes Auri dan kawan kawan nya bermain gemilang menerjang lawan dan selalu menang. Persipura…. Mutiara Hitam,”itulah sekilas syair tentang Mutiara Hitam yang didendangkan Black Borthers era 1976 usai tim Mutiara Hitam juara Soeharto Cup. Dalam final Timo Kapisa dan kawan kawan menumbangkan Macan Kemayoran dengan skor 4-3 di mana gol gol itu dilesakan oleh Nicp Patipeme (11’), Jacobus Mobilala (27’), Pieter Atiamuna( 31’) dan Timo Kapisa( 67’) sedangkan gol tuan rumah Persija Jakarta masing masing dicetak oleh Risdianto (36’) dan Iswadi Idris (41 dan 90’) di Stadion Utama Senayan, 19 April 1976.
Usai bermain di Persipura, Timo mulai petualangan baru sebagai pesepak bola professional di Klub Warna Agung perusahaan cat terkenal di Jakarta kala itu. Banyak pemain Papua bergabung di situ dengan pemain timnas Indonesia mulai dari Risdianto, Ronny Patinasarani termasu Timo Kapisa, Fred Imbiri, Jimmy Pieter dan Robbie Binur eks striker PSBS Biak kala itu.
Rully Nere mantan gelandang timnas Indonesia dan rekan Timo Kapisa saat bermain di Persipura menuturkan,Timo Kapisa pernah bermain dengan pemain-pemain besar Indonesia seperti Ronny Patinasarany, Risdiyanto, Iswadi Idris dan Simson Rumapasal.
Salah satu kenangan terbaik menurut Nere tentang kehebatan Kapisa adalah dalam laga Warna Agung melawan Tunas Inti di Stadion Tambak Sari, Surabaya,” Timo Kapisa memborong tujuh gol.”
Profesi sebagai pelatih sepak bola professional di Indonesia bagi seorang mantan pemain mungkin sesuatu hal yang biasa , namun bagi mantan pesepak bola Papua dan striker Persipura mendiang Timo Kapisa. Dia pertama kali menjadi pelatih professional pertama bukan klun di Papua tetapi menjadi pelatih klub Pupuk Kaltim.
Mantan gelandang timnas Indonesia Rully Nere dalam buku berjudul Persipura Mutiara Hitam dari Timur mengatakan, Timo Kapisa merupakan pemain yang memiliki disiplin sepak bola yang tinggi. “Timo juga sukses melatih Tim Pupuk Kaltim,” kata Nere mantan gelandang Persipura era 1970 an.
“Timo Kapisa juga pernah membawa Persipura juara Soeharto Cup 1976 dan Persipura runner up Saigon Vietnam,” kata Nere.
Sementara itu mantan striker Persipura dan PKT Bontang, Johanes Songgonao mengakui kalau Timo Kapisa memberikan materi materi pelatihan mirip dengan pelatih pelatih asal Belanda.
“Kaka Timo pula yang menarik Yonas Sawor eks gelandang Timnas dan Perseman Manokwari bergabung dengan Pupuk Kaltim,”kata Songgonao mantan pelatih SSB Emsyik Papua
Klub PKT Bontang sebagai pendatang baru di Galatama itu mampu menjuarai putaran pertama Grup I turnamen Piala Liga Milo IV yang berlangsung di Gresik. Mereka mampu menahan juara kompetisi Galatama, Niac Mitra, lalu mengalahkan tuan rumah Petrogres dan Makassar Utama.
Selama memperkuat Timnas Timo juga pernah dilatih oleh pelatih asal Belanda Wiel Coerver peletak dasar sepakbola usia dini di Indonesia. Kemampuan Timo Kapisa yang mahir berbahasa Belanda sehingga Coerver selalu berkomunikasi dengannya dan memerintahkan Timo menjadi model dan contoh dalam latihan.
Memang saat Wiel Corver melatih timnas ada beberapa pemain menguasai bahasa Belanda seperti Ronny Patinasarany dan Rudy William Keltjes termasuk Timo Kapisa. Wiel Coerver mantan pelatih Feyenord Belanda menciptakan metode Pyramid of Player Development yang mencakup penguasaan bola individu, kecepatan, dan permainan grup kecil, dan prosesnya lebih fokus pada setiap individu. Model latihan utama adalah fisik dan berlatih dengan menggunakan bola. Wiel Coerver menggunakan cara yang simpel, selalu berlatih dengan bola, memaksimalkan kedua kaki, dan dengan tingkat frekuensi tinggi. Ia menjadikan pemain memiliki karakter kuat, baik fisik maupun mental dan kerja keras.
Timo Kapisa yang pertama kali bermain di PON VII tim sepak bola Provinsi Irian Barat di Surabaya, 1970 itu menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD Biak, pada 9 Juli 2007.(*)