Kisah 2BE, trisula maut Persipura Mutiara Hitam
Jayapura, PG- Kini hanya Beto dan Boaz merupakan dua dari sisa trisula maut yang masih berkiprah di sepak bola khususnya di Liga 2 musim 2023/2024 Indonesia. Beto masih terus berlanjut bersama PSBS Biak dalam merebut tahta Liga 2 menuju Liga 1 musim 2024/2025.
Sedangkan Boaz Solossa laga lanjutannya terhenti bersama Persewar di babak 12 Liga 2 musim 2023/2024. Beto sudah mengoleksi lima gol dan Boaz enam gol dalam Liga 2 musim 2023/2024. Dua dari trio maut eks Mutiara Hitam yang tersisa di sepak bola Indonesia.
“Mungkin trio itu bisa disingkat dengan nama Beto, Boaz dan Ernest atau 2BE,”kata Zadock Ferdinand pecinta sepak bola Persipura kepada papuagoal.com di Jayapura, Kamis (22/2/2024). Meski Ernest Jeremiah sudah tak lagi bermain sepak bola di Indonesia,menurut Zadock pemain asal Nigeria ini pernah sukses bersama tim berjuluk Mutiara Hitam.
Lalu kemana pula si Ernest Jeremiah si nomor punggung 12 milik Persipura kala itu? Pemain kelahira 29 Agustus 1985 asal Nigeria bernama lengkap Ernest Jeremiah Chukwuma pensiun sejak 2012 dan terakhir kali bermain di klub Persiba Bantul di Lia Utama Indonesia kala itu.
Setelah itu, ia gantung sepatu dan berprofesi sebagai orang kantor sebuah karyawan swasta di Kota Cologne Jerman. Sejak pensiun dari urusan si kulit bundar, mantan pemain Persidafon dan Kota Hijau Hangzhou China itu memutuskan hijrah ke kota yang terkenal dengan Eau de Cologne , yang telah diproduksi di kota ini sejak tahun 1709; “cologne” telah menjadi istilah umum.
“Kabar saya baik, saya bekerja di sebuah perusahaan logistik. Setelah meninggalkan Indonesia saya tidak bisa terus bermain karena cedera dan masalah lainnya. Saya pindah ke Jerman di mana putra saya baru saja lahir dan saya memulai kehidupan baru di sini,” kata Ernest sebagaimana dikutip dari INDOSPORT, Rabu (9/10/19). Ya ia sudah berkeluarga di sana dan memulai kehidupan baru dan bukan berada di seputar urusan si kulit bundar termasuk menekuni profesi sebagai pelatih.
Walau demikian ia tak memungkiri kalau masih meluangkan waktunya melatih bibit-bibit muda di Cologne. “Saya masih berhubungan dengan sepak bola, saya bekerja paruh waktu sebagai pelatih sepak bola anak muda di sini. Awalnya saya tidak dapat melanjutkan tetapi kami mengatur waktu dan saya menerimanya lalu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru saya,” katanya.
Dalam hati kecilnya si pemilik nomor punggung 12 itu masih menyimpan rasa rindu terhadap tim Mutiara Hitam. Sayang ia sudah memilih menjadi warga negara Jerman. Padahal sesama rekan dari Nigeria Victor Igbonefo menjadi warga negara Indonesia termasuk Bio Pauline dari Kamerun pun memilih WNI dan mencalonkan diri calon legislatif di Kota Jayapura.
Rindu Persipura dan Papua Meski saat ini sudah menyandang status sebagai warna negara Jerman, namun Ernest nyatanya tak pernah bisa melupakan masa-masa Ernest mengaku masih selalu merindukan Persipura dan juga Papua. “Seperti itu, saya sudah mengantongi paspor kewarnegaraan Jerman, tapi paspor tidak penting. Itu tidak mengubah fakta bahwa saya merasa telah menjadi orang Papua jauh di dalam diri saya,” katanya.
Dia merasa bangga pernah membela tim Mutiara Hitam musim 2008-2009, saat itu Jakcsen F Tiago baru membesut Eduard Ivakdalam dan kawan kawan pasca Raja Isa pelatih asal negeri jiran Malaysia ditendang di pinggir lapangan. Ia mengenang waktu itu Mutiara Hitam masih ada Boaz Solossa, Beto Goncalves, Eduard Ivakdalam dan Jack Komboy.
“Kami memenangkan liga pada 2009, bermain dengan Boaz dan Beto adalah sesuatu yang menyenangkan. Mereka membuat sepak bola menyenangkan dan mudah dimainkan. Plus Kaka Edu di lini tengah, kami tim yang luar biasa untuk ditonton kala itu,” kenangnya lagi. “Kala itu kami bermain sepak bola menyerang tanpa khawatir tentang pertahanan kami, karena kami tahu butuh keajaiban untuk mengalahkan trio Victor Igbonefo, Bio Paulin dan Jack Komboy. Itu memberi kami kebebasan untuk menyerang,” tambahnya.
Beruntungnya lagi, pelatih asal Brasil Jacksen F Tiago tak banyak melakukan perubahan dalam komposisi skuad Mutiara Hitam. “Aku di tim ini adalah pendatang. Munafik kalau kalau aku mempertahankan konsep aku untuk diterapkan di tim Persipura. Saya abaikan konsep itu karena aku datang saat tim di tengah bertanding. Beda kalau aku pegang tim ini dari awal pasti konsep aku diterapkan,”kata Jacksen F Tiago dikutip dari buku berjudul Yosim Samba Sepakbola dari Timur.
Ia hanya menambahkan sentuhan khas Samba, serta mengedepankan kebersamaan untuk mendongkrak performa tim.
Pola 3-5-2 ke 3-4-3
Meski Jacksen mengaku tak bergantung pada pola dan taktik, ia pun mulai merobah taktik yang dipakai M Raja Isa dari 3-5-2 menjadi pola 3-4-3. Ia hanya sedikit modifikasi menjadi 3-4-3 di mana lini tengah sebagai inisiator, taktik dan strategi mendukung trisula maut Persipura 2BE. Perubahan itu Jacksen lakukan untuk mengakomodir potensi trio penyerang ‘Boaz’ Solossa, Alberto ‘Beto’ Goncalvez , Ernest Jeremiah. Saling menutupi satu sama lain serta sama sama haus gol menjadi gambaran trio maut Persipura kala itu. Produktivitas gol trisula maut itu luar biasa. Boaz sukses menjadi pencetak gol terbanyak dengan 28 gol. Beto juga tak kalah mentereng menyumbang 23, sementara Ernest mengoleksi 16 gol. Tak heran kalau koleksi trisula maut itu memegang rekor gol luar biasa. Mereka mampu melesakkan 81 gol mengalahkan pesaing terdekat Persiwa (57) dan Persib (63).
Beto sendiri akan melanjutkan kiprahnya bersama tim berjuluk Napi Bongkar melawan Persiraja Banda Aceh di Stadion Langsa di Langsa, Minggu (25/2/2025). Beto sendiri mengaku siap membawa tim PSBS Biak ke Liga 1 musim 2023/2024 mendatang. Boaz sendiri masih tetap bersama dengan Persewar Waropen di bawah arahan pelatih dan juga mantan kapten Persipura Eduard Ivakdalam. Trisula 2BE tak akan pernah hilang dari kisah sukses Mutiara Hitam dalam kiprah sepak bola nasional dan juga sejarah sukses Persipura di Indonesia Super League (ISL) musim 2008/2009. Di mana saat itu Persipura juara ISL dan Persiwa runner up ISL.(*)