Persipura di persimpangan jalan, gerak cepat berburu sponsor demi Liga 1
Jayapura, PG– Tim berjuluk Mutiara Hitam baru saja bertahan di LIga 2, sebuah prestasi yang amat miris bagi klub berjersey Bintang Empat. Apalah artinya memiliki gelar banyak tetapi tak meraih prestasi lolos ke Liga 1.
Faktor klasik dalam peralihan sepak bola dari kepengurusan amatir ke profesional sejak Persipura masuk ke Liga Profesional 1995 jelas memerlukan dana dalam pengelolaan sepak bola. Barulah di bawah kepengurusan Ketua Umum MR Kambu dan menejer Rudy Maswi Persipura mulai merajai Indonesia Super League (ISL) 2012-2023 dengan juara Liga 2005/2006, tiga kali ISL dan dua kali runner up ISL.
Hal ini jelas membuat sponsor Persipura dari tambang raksasa PT Freeport kepincut dan mau menjadi salah satu sponsor utama Persipura. Pendapat ini dibenarkan pula oleh Vice President of Community Development at PT Freeport Indonesia, Claus Wamafma saat bertemu dengan Asosiasi Wartawan Papua di Kota Jayapura.
Memang sebenarnya sesuai dengan perjanjian PT Freeport harus memberikan sponsor kepada Persipura karena berprestasi waktu di Liga 1. Dan sekarang tim berjuluk Mutiara Hitam sudah turun ke Liga 2 dan tentunya sponsorship dari perusahaan tambang raksasa di Bumi Amungsa semakin kecil.
Pihak PT Freeport memberikan sponsor kepada PSBS Biak, Persewar, Persipura dan juga Persemi Mimika. Saat ini prestasi tim Napi Bongkar masuk ke Liga 1 tentunya sponsor PT Freeport kepada tim PSBS Biak semakin terbuka.
PT Freeport selama dua musim pernah menggelontorkan dana sebear Rp 18 miliiar selama dua musim 2013 dan 2014. Meskipun kebutuhan dana bagi tim Persipura waktu itu berkisar Rp 23 miliar per musim kompetisi.
Direktur & Executive Vice President Sustainable Development PTFI, Claus Wamafma, saat menghadiri pelatihan media online yang digelar oleh Asosiasi Wartawan Papua (AWP) mengatakan belum ada keputusan terkait sponsorship kepada klub-klub Papua untuk musim depan.
Namun ia menegaskan dukungan akan diberikan dengan mengacu pada prestasi klub saat ini.
“Kita masih bicara, jadi untuk basisnya adalah prestasi dan ini masih dalam diskusi kita. Belum ada keputusan,” kata Wamafma kepada wartawan, Selasa (26/3/2024) kemarin dikutip dari jubi.id.
Mantan Sekretaris Umum Persipura M Thamrin Sagala dalam diskusi bersama Jubi di Kota Jayapura beberapa waktu silam pernah melontarkan bahwa saat menjadi juara ISL musim 2010-2011 mengalami deficit anggaran sebesar Rp 10 miliar, sementara musim 20211-2012 defisit berkurang menjadi Rp 7 miliar. Dikatakan musim musim selanjutnya akan berkurang dengan adanya sponsor dari PT Freeport dan PT Bank Papua.
Jika berpegang pada prestasi jelas musim 2024/2025 tim berjuluk Mutiara Hitam harus berani mencari sponsor dan menjanjilan prestasi tembus ke Liga 1 musim depan. Tim manajemen Persipura di bawah kendali menejer Abisasi Rollo harus mulai gencar mencari sponsor baik dari Bank Papua maupun PT Freeport untuk meyakinkan tim berjuluk Mutiara Hitam kembali ke jalur jauara.(dominggus a mampioper)