Persipura end of the game, tumbang di laga tandang lawan Deltras FC
Menguasai permainan dengan ball possession, belum tentu banyak gol tercipta. Apalagi untuk meraih sebuah kemenangan untuk dikonversikan menjadi sebuah gol.
Jayapura, Papua Goal– Mempersiapkan tim dengan penjenjangan pemain, mestinya bisa melahirkan target dan kemenangan. Namun ke empat kalinya tim berjuluk Mutiara Hitam kembali menelan kekalahan di laga tandang. Kini tumbang saat melawan Deltras,Jumat (11/10/2024), padahal babak pertama berakhir imbang 0-0. Selanjutnya babak kedua kebobolan dan gol, 2-0.
Meski tim asuhan Ricardo Salampessy ini menguasai permainan dengan ball possession, namun belum ada gol tercipta. Apalagi untuk meraih sebuah kemenangan untuk dikonversikan menjadi sebuah gol. Aliran bola yang mengalir dari kaki ke kaki di babak pertama berjalan sangat baik, sayangnya hal itu tak bisa bertahan saat memasuki babak kedua.
Babak kedua justru pemain kehilangan konsentrasi, sehingga membuat tim asuhan Bejo Sugiantoro dengan mudah menembus lini pertahanan dan menjebol gawang Persipura. Sebenarnya kelemahan lini belakang sudah pernah diingatkan oleh salah seorang mantan bek Persipura Lesias Korwa bahwa lini belakang mudah ditembus. “Mereka harus punya pemain sekeras Bio Pauline atau Jack Komboy,”komentar Korwa kala Persipura alami dua kali kekalahan di Stadion Mandala.
Tak heran kalau benteng Mutiara Hitam sangat rapuh dalam menghalau serangan balik cepat, bek kiri maupun bek kanan begitu gampang dilewati tim lawan. Bahkan mereka dengan mudah melakukan umpan crossing (silang) lawan ke kotak pinalti Persipura dan gol pun terjadi.
Bukan hanya lini belakang saja, kekuatan tim Mutiara Hitam di lini tengah yang selama ini menjadi andalan pun tak kelihatan. Gelandang serang otak permainan belum bisa mengatur serangan sebagai playmaker yang diharapkan mampu memberikan umpan matang bagi para striker tim Mutiara Hitam.
Lalu bagaimana dengan lini depan Persipura bermaterikan Ramai Rumakiek, Gunansar Mandowen, ell capitano Boaz T Solossa, Anis Nabar, Marinus Manewar. “Tak ada pergerakan atau pun maneuver berbahaya yang mengancam lawan. Bahkan terkesan bermain sangat monoton, tidak membuka ruang ditambah pula dengan penyelesaian akhir yang buruk. Inilah yang membuat Persipura sudah empat kali kalah dan hanya sekali seri. Apakah ini merupakan The End of legenda sepak bola berjersey Jenderal? Semuanya sangat tergantung dari kesiapan tim dalam mengarungi Liga 2 profesional, tak ada yang instant dalam membangun klub. Bukan mengumpulkan pemain dan bermain, tetapi butuh waktu ada latihan dasar, latihan fisik taktik dan strategi hingga akhirnya masuk ujicoba tanding. (dominggus a mampioper, editor senior jubi.id)