Breaking News

Lionel Messy adalah “sepak bola itu sendiri”


Lionel Messi- legenda sepak bola dunia- GP/ist

 

Jayapura, PG– Sepak bola bagi anak anak latino di Amerika Selatan adalah permaian jalanan di gang gang sempit sembari menendang bola, berlari dan tertawa. Mereka bermain tanpa tekanan dan untuk melupakan kemiskinan serta  kesedihan dan bergembira dalam sepak bola. Bahkan sepak bola mengajari mereka untuk saling jabat tangan setelah pertandingan berakhir. Itulah mengapa pdt  IS Kijne mengajari sepak bola di tanah Papua karena kedua tim harus berpelukan meski ada tim yang kalah dan menang.

Mantan pelatih Persipura Jacksen F Tiago selama masa jayanya bersama tim Mutiara Hitam selalu ingatkan bermainlah sepak bola seperti,”saat kita masih anak anak berlari menggiring bola sembari tersenyum, tertawa dan selalu gembira.”

Itulah sepak bola jalanan saat anak anak Papua berlari tersenyum dalam bermain “patah kaleng” dan mengandalkan permainan individu yang “suka goreng (gocek) empat sampai lima pemain.” Apalagi mereka menggabungkan passing, control dan permainan individu yang membedakan dalam sebuah pertandingan.

Ya Lionel Messy membawa sentuhan itu antara individu, kebersamaan dan tidak selalu egois dalam mencetak gol. Ia bermain tanpa tekanan dan selalu bergembira, bagi dia bermain untuk tim di mana Leo bermain selalu seratus persen dan serius. Berbeda ketika dia bermain untuk klub kaya di Liga Perancis dengan memakai nomor 30, bermain di bawah tekanan dan tak ada kegembiraan walau ada niat Neymar yang ingin memberikan nomor keramat Messy, nomor 10.

Tak heran kalau banyak pecinta sepak bola menyebut Leo adalah pemain yang bisa menyihir semua penonton, tanpa mencetak gol. Soalnya Messy bisa membuat sebuah keajaiban dengan sentuhan bolanya, driblenya membuat bola seolah-olah menempel di kaki kirinya dan tentu passing-pasing yang indah.

Salah satu pengaruh penting Messy adalah bisa membuat pemain muda merasa aman bermain dengan Leo dan tentu membawa perubahan serta semakin rasa percaya diri. Bahkan pemain nomor 9 sejati, Luiz Soares sangat berubah dari pemain yang pernah gigit bahu Giorgio Chiellini hingga beringas dan perilakunya berubah.

Padahal jika menelisik kembali kelakukan Soarez di lapangan tentunya semua public tak pernah melupakan insiden di lapangan dalam Piala Dunia 2014 di Brasil. Ia melakukan aksi tak terpuji saat Uruguay melawan Italia.

Bukan hanya itu saja, Luiz Soarez juga jadi sasaran kemarahan warga Ghana dalam Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Bayangkan sundulan dari pemain Ghana Dominic Adiyah ke gawang Uruguay dihentikan Luiz Soares dengan tangannya, padahal pemain nomor 9 itu bukan penjaga gawang.

Keputusan wasit Olegario Benquerenca sangat tepat karena langsung menyaksikan kejadian itu. Tendangan pinalti untuk Ghana dan Luis Soarez dikartu merahkan.

Sayangnya Asamoah Gyan gagal membobol gawang Uruguay, bola membentur mistar gawang dan Ghana gagal memanfaatkan situasi yang menguntungkan tim berjuluk The Black Star.

Bersama Messy, semua ulah Soarez di lapangan berubah total sejak bersama bermain di Barcelona. Kedatangan Neymar membuat trio MSN di Barcelona semakin trengginas dan berbahaya.

Trio MSN sukses mencetak 364 goal dari 450 pertandingan bersama tim asal Catalan, Barcelona. Prestasi ini pula mengingatkan trio tajam Persipura, Boaz, Beto dan Jeremiah di ISL 2008-2009.

Trio MSN ini pula berperan dalam Barca meraih teble winner pada musim 2014-2015. Mereka menjadi factor penting Barcelona memenangi La Liga, Copa del Rey,serta Liga Champion.

Messy juga membawa pengaruh penting bagi pemain muda Argentina hingga penuh percaya diri dalam memenangkan Piala Dunia 2022. Alejandro Garnacho dari Manchester United dan juga Julian Alvarez di Manchester City menjadi pemain muda yang bersinar di Liga Primer.

Bendera Argentina- GP/wikipedia.com

Bahkan “Julian Alvarez menjadi pemain Argentina termuda yang mencetak gol di babak semifinal Liga Champions pada umur 23 tahun, tiga bulan, dan 17 hari,” demikian tulis salah satu akun sepakbola terkemuka @sudanalytics_, Kamis (18/5/2023).

Memang Alvarez dan Messi sama-sama berusia 23 tahun saat mencetak gol di babak semifinal Liga Champions. Namun, Messi mencatatkan rekor tersebut pada usia 23 tahun, sepuluh bulan, dan tiga hari.

Messy selalu menengadah ke langit seraya berbicara kepada neneknya Celia sebab perempuan tua itu yang ngotot mainkan cucunya saat bermain di lapangan Grandiola di Rosario Argentina. Pasalnya tim anak anak kekurangan satu pemain dan neneknya memaksa pelatih harus memainkan pemain bertumbuh kecil dan pendek si Leo. “Mainkan dia dan kamu akan tahu betapa bagusnya dia bermain bola,”kata Celia dalam buku berjudul The Inside Story of The Boy Who Became a Legend karya jurnalis sepak bola asal Italia Luca Caioli.

Oleh karena itu tak heran kalau Messy selalu menyebut dirinya untuk menjadi orang baik dan bukan pemain terbaik atau berbintang.Walau sebenarnya dia telah meraih banyak prestasi baik tujuh Ballon d’Orr termasih pemain terbaik di Piala Dunia 2022. Bagi Messy Piala Dunia 2022 lebih penting ketimbang prestasi individu. Memang sepak bola itu adalah Lionel Messy sendiri karena lebih baik bermain sembari berlari dan tersenyum. Meskipun sepak bola modern sudah melupakan permainan individu dan hanya bermain control, passing, dirible serta mencari ruang kosong. Total Football sudah merajai sepak bola sehingga Jogo Bonito dari Brasil mulai ditinggalkan termasuk pertahanan Grendel alias Catennacio dari Italia dilupakan. Bravo Messy dan warisan sepak bola dunia.(*)

Berita Terkait


Breaking News

© 2024 Papua Goal. All Rights Reserved. Design by Velocity Developer.
Top