Suara Akademisi: Prof. Cahyo Optimistis Sepak Bola Indonesia Melangkah Ke Arah Lebih Baik

Sepak bola bukan hanya soal 90 menit di lapangan. Ada pelatih, tenaga medis, analis data, manajemen, media, hingga event organizer. Semua butuh SDM kompeten
Jayapura, Papua Goal– Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Prof. Dr. Dwi Cahyo Kartiko, S.Pd., M.Kes., menilai sepak bola Indonesia tengah berada di jalur positif. Dalam wawancara eksklusif bersama I.League, ia menyoroti tiga hal utama: kebijakan larangan suporter tandang, pembenahan liga, dan peluang bagi generasi muda.
Isu larangan kehadiran suporter tandang kembali mengemuka di tengah kompetisi. Cahyo menilai kebijakan ini perlu dilihat secara objektif.
“Kebijakan tersebut bukan diambil sepihak. PSSI, I.League, dan seluruh pihak terkait pasti sudah mempertimbangkan banyak aspek. Di sinilah pentingnya kebesaran hati suporter untuk mematuhi aturan demi kebaikan bersama,” ujarnya dikutip papuagoal.com dari laman internet, ileague.id Jumat (15/8/2025)
Sebagai pendukung setia Persebaya dan Timnas Indonesia, ia memahami keinginan suporter untuk mendampingi tim ke kandang lawan. Namun, menurutnya, keselamatan dan keberlangsungan kompetisi harus menjadi prioritas.
Cahyo mengapresiasi langkah I.League dalam membenahi pengelolaan liga. “Sekarang liga kita lebih tertata, dari penyelenggaraan, promosi, hingga kualitas pertandingan. Ini tanda bahwa kita sedang menuju industri sepak bola yang sehat dan berkelanjutan,” katanya.
Dari kacamata akademis, Cahyo melihat industri sepak bola membuka lapangan kerja luas bagi anak muda. “Sepak bola bukan hanya soal 90 menit di lapangan. Ada pelatih, tenaga medis, analis data, manajemen, media, hingga event organizer. Semua butuh SDM kompeten,” jelasnya. Ia mendorong generasi muda untuk berkontribusi nyata, tidak hanya mengkritik, tetapi juga memberi solusi dan terlibat aktif.
Cahyo menegaskan bahwa kemajuan sepak bola tidak terjadi instan. Diperlukan kerja sama seluruh elemen—mulai dari akademisi, pelaku industri, hingga suporter—untuk mewujudkan masa depan yang lebih cerah.(*)