Guru guru SD dan SMP SATP milik YPMAK pengelola dana kemitraan PT Freeport ikut pelatihan Kurikulum Deep Learning

SATP melihat yang zaman terus berubah sehingga pembelajaran yang diterapkan juga mengikuti perubahan atau perkembangan dalam kondisi dan lingkungan yang ada
Jayapura, Papua Goal– Guru guru Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP) milik Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) selaku pengelola dana kemitraan PT Freeport Indonesia (PTFI), ikut pelatihan kurikulum ‘Deep Learning’ atau pembelajaran mendalam bagi guru-guru SD dan SMP di sekolah itu.
Pelatihan yang dilaksanakan dua hari ini, 29 dan 30 September 2025, dibuka secara resmi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika, Jenni O. Usmani dengan simbolis pemukulan tifa. Demikian keterangan pers yang diterima papuagoal dari Hubungan Masyarakat (Humas) YPMAK Selasa (30/9/2025).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada beberapa materi yang diberikan kepada para guru, mulai dari materi agar para guru lebih adaptif terhadap perkembangan zaman, dimensi profil lulusan, prinsip pembelajaran mendalam, pengalaman belajar, kerangka pembelajaran, taksonomi assesmen, rencana pembelajaran, dan presentasi atau micro teaching.
Kepala SATP, Sonianto Kuddi, mengatakan, pelatihan ini menjadi bagian dari perjalanan panjang kurikulum pendidikan di SATP, yakni Kurikulum Berbasis Kehidupan Kontekstual Papua (KBKKP) dalam bingkai kurikulum Merdeka, sekaligus mengawali rangkaian pelatihan pembelajaran mendalam yang akan dilaksanakan kedepannya.
Selain itu, SATP melihat yang zaman terus berubah sehingga pembelajaran yang diterapkan juga mengikuti perubahan atau perkembangan dalam kondisi dan lingkungan yang ada. Karenanya, diperlukan sebuah perubahan adaptif positif yang dilakukan oleh tenaga pendidik atau guru.
“Perubahan adaptif positif harus dilakukan, agar pembelajaran terhadap anak-anak lebih berkualitas, terutama dalam menghadapi dunia digital yang saat ini terjadi,” kata Sonianto.

Dikatakan melalui perubahan zaman itu, guru harus bisa merancang pembelajaran di dalam kelas, dengan tujuan untuk mengajak anak-anak lebih kritis dan tanggap terhadap isu-isu dan kondisi yang ada. Karena itu lanjut dia pelatihan ini guru-guru diajarkan bagaimana menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan kompetitif, tentunya dengan memperhatikan nilai-nilai lokal, walaupun terdapat pencapaian pembelajaran secara nasional, tetapi perlu dihubungkan dengan nilai-nilai di daerah agar lebih bermakna.
“Untuk itu semua, SATP melalui YPMAK sudah menyiapkan fasilitas pembelajaran yang lengkap, seperti laboratorium alam, digitalisasi pembelajaran lewat smart TV dalam setiap kelas, mengadakan ratusan laptop dan PC. Serta sudah melakukan program pendidikan seperti eko-edukasi, edupreneur, koding, kurikulum montessori, dan pembuatan modul oleh guru,” katanya.
Dia juga menjelaskan pada tahun 2020 saat pandemi Covid 19, SATP sudah melakukan digitalisasi pembelajaran dengan menerapkan smart TV disetiap kelas, penggunaan office 365, dan mengadakan kelas coding.
Sementara Perwakilan Divisi Pendidikan YPMAK, Soter Potowapea, mengatakan, guru yang hebat bukan hanya mampu mengajar, tetapi juga belajar. Pelatihan ini sebagai momentun atau kesempatan dalam meningkatkan kapasitas pendidikan bagi anak-anak Papua yang belajar di SATP.
“Kami harap kualitas pendidikan bagi anak-anak Papua bisa meningkat. Sehingga masa depan gemilang bisa dicapai,” katanya.
Hal senada dikatakan Kepala Dinas Pendidikan Mimika, mengatakan, saat ini sekolah dituntut harus memiliki inovasi. Pelatihan yang dilakukan oleh SATP merupakan inovasi dalam peningkatan kapasitas guru. Apalagi, SATP memiliki peserta didik yang 100 persen anak-anak asli Papua sehingga diperlukan peningkatan kapasitas para guru dalam pelaksanaan pembelajaran, terlebih pendidikan adalah investasi jangka panjang. Jenni sangat percaya YPMAK melalui SATP sudah menginvestasikan pendidikan yang sangat bermutu bagi peserta didik.
“Pendidikan itu adalah investasi dengan di luncurkannya sejumlah anggaran. Karenanya hal itu harus dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan dan anak-anak, dan kami sangat mendukung dalam peningkatan kapasitas guru,” kata Jenni.(dam*)