Inilah asrama asrama pendidikan mitra YPMAK dari Mimika sampai Semarang
Kegiatan ini juga diharapkan agar menjadi awal untuk anak kelas X memahami kehidupan asrama sebagai tempat untuk mengembangkan diri
TIMIKA, Papua Goal.com- Pendidikan berpola asrama memang sangat tepat untuk dikembangkan di tanah Papua, apalagi sejak zending pola ini sangat cocok. Seluruh warga Papua dengan latar belakang suku datang dan tinggal bersama sama di dalam satu asrama.
Hal ini berlangsung pula sekarang di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua khususnya di Timika ada asrama asrama mitra Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme Kamoro (YPMAK) antara lain Asrama Putra dan Putri di Kaokanao dikelola oleh Keuskupan Timika, Asrama Salus Populi, di Timika yang dikelola Keuskupan Timika. Asrama Amor, di Semarang dikelola oleh Yayasan Binterbusih di Semarang, Jawa Tengah dan Asrama Tsinga dikelola oleh Yayasan Joronep.
Jurnalis Papua Goal belum lama ini berkunjung ke salah satu asrama mitra YPMAK di Timika, yaitu Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP) yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Lokon (YPL). SATP di Timika ini mendidik anak anak dari kelas 1 Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) semuanya berasal dari suku Amungme dan Kamoro serta tujuh suku lainnya di pegunungan tengah Papua.
Sekolah Taruna Papua merupakan salah satu sekolah unggulan di Mimika. Mereka mendidik siswa Orang Asli Papua dari Amungme dan Kamoro serta tujuh suku lain di Timika.
Wakil Kepala Sekolah Taruna Papua Franco Irareha mengatakan lembaga pendidikan tersebut semula di bawah pengelolaan Yayasan Pesat. Kini, pengelolaannya dilanjutkan Yayasan Pendidikan Lokon dari Sulawesi Utara.
“Sekolah ini dibangun pada 2007 dan menempati area seluas 9,8 hektare. Ada berbagai ruang terbuka hijau [di kompleks persekolahan], termasuk taman flora dan fauna endemik Papua,” kata Franco kepada papuagoal.com.
Sekolah Taruna Papua berada di Jalan Kutilang SP 4, Kampung Wonosari Jaya, Distrik Wania. Minat warga setempat untuk menyekolahkan anak mereka ke lembaga pendidikan tersebut cukup tinggi. Namun, setiap calon siswa harus menjalani seleksi masuk oleh Yayasan Pengembangan Masyarakat Amungme-Kamoro (YPMAK).
Sementara itu salah satu mitra YPMAK di Semarang adalah Yayasan Binterbusih (Bina Teruna Cenderawasih) juga mengelola pendidikan berpola Asrama Amor di Semarang. Belum lama ini Yayasan Binterbusih juga mendampingi studi pelajar Amor kelas X – XII dengan tema “Apa yang kita tanam itulah yang kita tuai” telah berhasil diselenggarakan. Tema ini merupakan ajakan kepada siswa siswi untuk tidak terlena dan bersenang-senang saja ketika dimasa sekolah dan kuliah. Kegiatan ini diadakan di Pertapaan Santa Maria Rowoseneng, Kab. Temanggung belum lama ini.
Kegiatan ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kelas X yang diikuti 44 peserta dan kelas XI, XII yang diikuti 61 peserta. Dengan tema tersebut kelompok kelas X lebih menekankan tentang pentingnya hidup di asrama, kegaitan asrama yang membangun, dan bagaimana kita dari awal kelas X sampai nanti kelas XII akan banyak menanam di asrama. Kegiatan ini juga diharapkan agar menjadi awal untuk anak kelas X memahami kehidupan asrama sebagai tempat untuk mengembangkan diri.
“Terlebih lagi bukan hanya sekolah saja yang penting namun asrama juga sama pentingnya. Karena pembentukan diri di asrama akan di tuai saat masa perkuliahan,”demikian dikutip papuagoal.com dari yayasanbinterbusih.com, Jumat (29/11/2024).
Dikatakan untuk kelompok kelas XII, masa kuliah dan sekolah diibaratkan sebagai waktu menanam yang seharusnya penuh perjuangan untuk mengembangkan diri dari segi akademik, karakter, soft skill, dan hard skill. Sedangkan waktu memanen adalah saat nanti siswa siswi akan menggunakan ketrampilan-ketrampilan tersebut di dunia kerja atau dipelayanannya kelak. (dam)